Langsung ke konten utama

Prospek Usaha Agribisnis: Kopi Kekinian



Desa Sucen merupakan desa kecil yang terletak di Kecamatan Gemawang, Kabupaten Temanggung yang mempunyai segudang potensi pertanian, salah satunya adalah kopi. Di desa Sucen budidaya kopi dimulai dari tahun 1980-an. Pada saat itu, masyarakat masih kurang yakin akan dialihkannya lahan sawah yang menghasilkan padi menjadi perkebunan kopi, tetapi seiring bertambahnya waktu, budidaya kopi semakin berkembang bahkan hampir seluruh warga memiliki perkebunan kopi.
Baru – baru ini, kopi menjadi minuman favorit kalangan anak muda, dimana di daerah tersebut merupakan daerah penghasil kopi yang cukup menjanjikan. Mayoritas masyarakat desa Sucen merupakan para petani kopi yang menghasilkan jenis kopi robusta dimana kopi di daerah ini memiliki karakteristik yang berbeda dari kopi – kopi lain. Komoditas kopi ini dijual dengan berbagai bentuk produk, yakni dalam bentuk mentah green bean atau dalam bentuk bubuk. Saat ini sudah mulai berkembang home industry yang mengolah kopi sendiri baik berbentuk bubuk ataupun green bean.
Salah satu home indusrty di desa Sucen yakni Berlian Mandang Coffee (BMC) yang diproduksi oleh bapak Dahno. BMC berasal dari dusun mandang. Pak Dahno merintis usaha produk kopipada awal juni 2019. Bapak Dahno satu-satunya pemilik home industry yang mempunyai mesin roasting sendiri di dusun Mandang. Disamping berkecimpung dalam bidang produksi kopi, beliau juga membuka jasa roasting kopi. Hal tersebut dinilai sangat membantu petani lain untuk mengolah kopinya sendiri. Aset tersebut juga dirasa sangat menguntungkan bagi beliau karena selain menambah pendapatan, juga dapat bermanfaat bagi masyarakat sekitar, karena sebelum Pak Dahno memiliki mesin roasting di dusun mandang, para petani merasa kesusahan untuk roasting kopi karena harus menempuh jarak yang jauh untuk ke desa lain. Sehingga dengan dibuka jasa roasting oleh Pak Dahno, masyarakat memperoleh kemudahan dalam melakukan roasting kopi.
Ada 2 jenis proses pengolahan kopi yang dimiliki Pak Dahno, yaitu proses natural dan full wash. Proses natural yaitu kopi yang diolah dengan cara yang biasa yaitu biji kopi segar langsung dijemur. Setelah kering, biji kopi baru dilakukan proses roasting.Jenis kopi kedua dari Kopi BMC yaitu kopi full wash. Yang membedakan dari kopi full wash ini yaitu proses pembuatannya. Biji kopi segar direndam dahulu dalam air kurang lebih 2-3 hari. Selanjutnya, kopi yang sudah direndam dipisahkan antara biji kopi dan kulit kopi menggunakan mesin. Biji kopi yang sudah dipisah dari kulitnya lalu dijemur. Setelah dijemur kering, biji kopi kemudian masuk ke tahap roasting.
Pemasaran yang dilakukan oleh Pak Dahno masih sangat sederhana yakni melalui mouth to mouth belum melalui pemasaran online karena merasa terlalu banyak pesaingnya apalagi kopi bubuk. Sehingga Pak Dahno masih bergantung pada penjualan green bean. Pemasaran yang dilakukan juga sudah sampai luar kota, bekasi salah satunya.
Pak Dahno juga tergabung di dalam koperasi Primajaya yang dirasa memiliki banyak manfaat untuk beliau, pertama, dapat menambah wawasan, kedua, dapat menjual kopi green bean lebih tinggi dari pesaing – pesaing lain, yang ketiga selama ini kopi yang dijual hanya di tengkulak, sedangkan kopi mandang memiliki karakteristik yang khas karena ketinggian yang bagus dan tanah yang subur, sehingga jika dijual selain ke tengkulak bisa mendapat keuntungan yang lebih tinggi, keempat, dapat memiliki mitra dan rekan – rekan yang dapat berbagi ilmu dan informasi.
Pak Dahno memiliki keinginan untuk dapat membantu masyarakat sekitar khususnya para petani untuk dapat mengelola dan mengembangkan usaha kopi yang mereka punya, karena dengan mengelola sendiri dapat menguntungkan para petani tersebut. Beberapa petani sudah mengikuti jejak Pak Dahno dan home industry lainnya yang mempunyai usaha kopi sendiri bahkan sudah memiliki packaging. Pak Dahno berharap petani – petani lain dapat termotivasi oleh home industry yang dapat mengelola kopi dan memiliki usaha kopi sendiri.


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Muda dan Inspiratif

Semarang (26/11) –“ Kenapa harus gengsi jadi petani ?” pertanyaan itu selalu muncul dalam benak Fery, seorang pemuda kelahiran 1997 silam.             Fery, begitu orang-orang memanggilnya merupakan seorang mahasiswa semester akhir di salah satu universitas swasta di Semarang. Dia sangat tertarik dengan pertanian sejak memasuki dunia perkuliahan. Lahan yang semakin terbatas tidak menjadi halangan bagi pemuda berusia 22 tahun ini, karena dia mempunyai teknik baru dalam bertani yaitu menggunakan teknik vertikultur yaitu teknik bercocok tanam di lahan yang sempit dengan memanfaatkan bidang vertikal sebagai tempat bercocok tanam yang dilakukan secara bertingkat.             Rendahnya minat pemuda yang enggan untuk terjun ke dunia pertanian ditengarai akibat adanya asumsi salah yang selama ini berkembang di masyarakat. “Petani dianggap kalah gengsi dibandingkan pegawai pemerintah, penghasilan yang tidak menjanjikan, profesi petani merupakan pekerjaan yang kasar serta butuh lahan yang

Prospek Usaha Agribisnis: Pembibitan Mangrove

Usaha penjualan bibit mangrove ini didirikan pada tahun 2011 oleh Bapak Aris Priyono dan Arief Marsudi Harjo selaku Alumni KESEMAT (Kelompok Studi Mangrove). Latar belakang berdirinya usaha ini adalah adanya pengalaman pengelolaan ekosistem mangrove oleh KESEMAT selama puluhan tahun, sehingga KESEMAT berinisiatif untuk menjadikannya sebagai organisasi sekaligus peluang usaha dan kampanye mangrove ke jalur profesional. Organisasi usaha ini dimiliki oleh Arif Marsudi Harjo dan Aris Priyono sebagai komisaris, Rohmat Kuslarsono sebagai direktur, Garus Ryan Efendi sebagai sekretaris dan bendahara, serta Cahyadi yang berperan dalam pemasaran. Dalam pemasarannya, CV KEMANGI tidak memiliki cabang outlet selain pada alamat utama tersebut. Pendapatan usaha penjualan bibit mangrove adalah Rp 50.000.000 – Rp 80.000.000/bulan. Asal modal usaha yang digunakan adalah uang pribadi dari anggota KESEMAT sebesar Rp 10.000.000 sebagai modal awal CV KEMANGI. Bahan baku yang digunakan untuk produksi ada